"Tantangan Dalam Perkaderan HMI"
15.59.00 | Author: Lumpia Isi Agar-agar
Manusia diciptakan oleh Alloh SWT mengemban misi penting untuk menjadi seorang khalifah di muka bumi ini. Pada awalnya Alloh SWT menawarkan kepada makhluk-makhluknya untuk memimpin bumi ini, namun tidak ada satupun makhluk yang mampu untuk mengemban misi suci ini. Kemudian Alloh SWT memutuskan untuk menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Hal ini menunjukkan betapa besarnya potensi manusia jika dibandingkan dengan makhluk Alloh SWT yang lain.

Manusia dianugerahi akal dan bentuk yang sempurna jika dibandingkan dengan makhluk lain. Kelebihan manusia dari makhluk lain tersebut janganlah dijadikan sebagai cara pandang untuk membanggakan diri. Manusia sebaiknya sadar juga akan keterbatasannya untuk menjadi khalifah di bumi ini. Manusia membutuhkan proses regenerasi untuk memimpin bumi ini. Manusia dibatasi oleh umur dan kelak pada hari kemudian akan dimintai pertanggung jawabannya terhadap apa yang sudah dilakukannya di muka bumi ini.

Proses regenerasi inilah yang yang dapat disebut juga sebagai proses perkaderan. HMI (MPO) sebagai organisasi perkaderan memiliki tujuan yang berbunyi “Terbinanya Mahasiswa Islam Menjadi Insan Ulil Albab Yang Turut Bertanggung Jawab Atas Terbentuknya Tatanan Masyarakat Yang Diridhoi Alloh Swt”. Proses perkaderan pada HMI (MPO) mengedepankan pada terbinanya mahasiswa Islam menjadi insan Ulil Albab.

Menyimak kondisi yang sedemikian, HMI harus tetap mengambil peran sebagai organisasi perkaderan. Sebagai organisasi yang memfungsikan diri sebagai organisasi kader, maka setiap gerak langkah organisasi harus dilaksanakan dalam rangka memberdayakan para anggotanya yang secara implisit menjadi bagian yang harus dikader. Untuk menegaskan pemahaman kader HMI, diperlukan eksplanasi internal organisasi yang mendalam. Secara simultan organisasi bertanggung jawab terhadap pemahaman kepada para anggota. Dengan demikian, secara fungsionalorgansisasi, orang yang dipercaya sebagai pengurus dalam level manapun (komisariat, korkom, cabang, badko, maupun pengurus besar) harus dapat memainkan peran ini.

“cadre is a small group of people who are specially chosen and trained for a particular purpose” (AS Hornby). Pola perekrutan kader dilakukan dengan mengutamakan kualitas tanpa mengesampingkan kuantitas. Prioritas perekrutan kader dilakukan di perguruan tinggi atau lembaga pendidikan sederajat yang berkualitas. Kader HMI (MPO) dipilih dan dilatih melalui berbagai tahapan, mulai dari Basic Training (Latihan Kader I), Intermediate Training (Latihan Kader II) dan Advance Training (Latihan Kader III). Tiap tahapan memiliki tujuan pencapaian masing-masing.

Perekrutan kader HMI MPO mengalami banyak tantangan dari masa ke masa. Ketika zaman pemberlakuan asas tunggal Pancasila, HMI MPO lebih dihadapkan pada sikap represif pemerintah pada organisasi yang tidak menganut asas tunggal Pancasila. Tekanan lebih banyak berasal dari faktor eksternal organisasi. Namun dengan sikap militansi dan semangat para kader HMI MPO waktu itu, HMI MPO masih dapat bertahan sampai sekarang. Perkembangan terakhir menunjukkan adanya kemajuan kuantitatif cabang HMI MPO. Dari semula 7 cabang sebelum tumbangnya Orde Baru, menjadi 36 cabang pada saat ini. Berarti dalam waktu 6 tahun cabang-cabang HMI MPO bertambah 29 cabang.

Pertumbuhan secara kuantitas tersebut belum diimbangi dengan kualitas manajemen perkaderan. Salah satu penyebab hal ini adalah terbatasnya sumber daya pengader dan juga dana. Hal ini terkait dengan fenomena banyaknya cabang HMI DIPO yang berpindah ke HMI MPO.

Perkaderan HMI MPO pada masa sekarang bukannya lancar tanpa masalah apapun. Masalah-masalah tersebut secara optimis dipandang sebagai tantangan perkaderan. Tantangan-tantangan tersebut berasal dari internal maupun eksternal organisasi. Bahkan terkadang tantangan-tantangan tersebut muncul secara bersamaan. Sehingga dibutuhkan kematangan mental dan fisik untuk menyelesaikan tantangan-tantangan tersebut.

Melihat perkembangan perkaderan pada level komisariat, saat ini perkaderan HMI MPO juga mengalami beberapa kendala. Salah satunya adalah prematurnya usia kader yang masuk menjadi pengurus. Sehingga yang terjadi adalah para pengurus komisariat belum matang untuk melakukan kemampuan manajerial komisariat. Hal ini disebabkan karena perkaderan pada tiap komisariat sangatlah fluktuatif. Terkadang tiap angkatan, komisariat kurang berhasil jika dilihat secara kuantitas.

Minat mahasiswa dari tahun ke tahun juga mengalami penurunan. Hal ini berimbas juga pada HMI MPO. Mahasiswa banyak yang terjebak pada budaya hedonisme. Sebuah budaya dimana menempatkan faktor pleasure sebagai hal yang utama. Mahasiswa menjadi tidak terlatih dalam menghadapi permasalahan-permasalahan umat. Menurut Freud adalah hal yang wajar ketika manusia (mahasiswa) melakukan segala hal untuk menghindari kecemasan. Namun menjadi tidak wajar ketika mahasiswa menjadi terjebak dalam budaya hedonisme karena untuk menghindari kecemasan.

Menurut Gramsci kaum-kaum terdidik (mahasiswa) seharusnya didorong untuk menjadi kaum intelektual organik. Kaum-kaum yang sadar akan posisinya di dalam kerangka struktur kemasyarakatan. Kaum terdidik yang mampu memberikan kontribusi positif dalam masyarakat. Kontribusi positif tidak selalu ditunjukkan dengan sikap resistensi terhadap pemerintah. Walaupun pada kenyataannya banyak kebijakan pemerintah yang tidak pro dengan rakyat.
Perkaderan dalam HMI MPO belum bisa menyentuh ranah sosial kemasyarakatan. Kader-kader HMI MPO kadang terjebak dalam keeksklusifitasan intelektual. Kader-kader HMI MPO masih banyak yang sibuk untuk mengurusi internal organisasi. Kader-kader HMI MPO sibuk untuk meng up-grade kapasitas intelektualnya ataupun mengurusi internal organisasi, sehingga ranah pengabdian kepada masyarakat belum tergarap dengan baik.

Watak perkaderan HMI lebih menitikberatkan kepada aspek pembinaan kepribadian anggota HMI, dan itu pun dipersempit dengan pembinaan kerohanian dan intelektual anggota HMI. Kita tidak melihat seberapa jauh anggota HMI dididik untuk berkiprah dan memimpin masyarakat. Sehingga yang kita saksikan, para kader HMI agak sulit membaur dan bergaul dengan masyarakat sekitarnya. Gejala ini sebetulnya terkait dengan corak perkaderan yang diterapkan. Corak perkaderan yang diterapkan selama ini lebih menonjolkan pola kontra kultur yang sedang berlangsung di tengah-tengah masyarakat.

Perkaderan dalam HMI sebaiknya dapat menempatkan kader-kadernya untuk mengaktualisasikan potensi masing-masing. Sehingga para kader tidak lari kesana-kemari (konsentrasi di HMI). Menurut Maslow dalam Hierarchical needs-nya kebutuhan akan aktualisasi diri menempati posisi teratas dalam kebutuhan manusia. Kebutuhan dicapai secara bertahap. Dimulai kebutuhan fisiologis sampai dengan kebutuhan akan harga diri. Salah satu kebutuhan akan tercapai jika kebutuhan sebelumnya terpenuhi. Salah satu tantangan pada perkaderan saat ini adalah bagaimana kader mengaktualisasikan potensinya di HMI.

Empat kebutuhan awal yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan perasaan memiliki dan kebutuhan akan harga diri biasanya sudah dimiliki oleh kader pada zaman sekarang ini. Empat kebutuhan awal tersebut didapatkan pada saat dalam pendidikan keluarga.
Kebutuhan aktualisasi kader akan tercapai jika dalam proses perkaderannya kader merasa teroptimalkan potensi dirinya. Tiap kader memiliki potensi yang berbeda-beda. Tiap kader dipandang sebagai individu yang unik. Pemahaman tentang individual differences harus diperhatikan secara seksama. Hal ini berpengaruh dalam kultur yang terdapat pada tiap-tiap komisariat. Kultur sebuah komisariat tidak dapat dipaksakan ke dalam kultur komisariat yang lain.

Kebesaran sebuah organisasi dimulai dari kesadaran seluruh anggotanya secara internal. Kesadaran untuk membesarkan organisasinya menjadi energi yang pertama dan utama yang harus dimiliki seluruh anggota. Sehingga,adalah sangat mustahil untuk membesarkan organisasi jika kesadaran anggota sangat minim. Pembinaan internalisasi organisasi yang dilakukan merupakan bagian terdepan yang menjadi perhatian penting. Pembinaan yang dilakuan berdasarkan pada konstitusi organisasi yang bersangkutan. Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Pedoman Pokok Organisasi, dan Pedoman Perkaderan HMI merupakan sebagian kecil panduan yang menjadi rambu acuan organisasi. Hanya dengan tetap berpegang teguh dan mengimplementasikannya, roda organisasi dapat berjalan dengan baik, lancar, dan berkesinambungan. Itulah yang semestinya dilaksanakan seluruh aktivis HMI.

Tuntutan akademis di bangku perkuliahan merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi kader HMI. Bagaimana caranya kader HMI dapat menyeimbangakan antara tuntutan organisasi dan tuntutan akademis. Adanya keseimbangan antara akademis dan organisasi akan menjadi nilai plus bagi kader HMI. Permasalahan yang terjadi adalah ketika kader HMI hanya mementingkan akademis saja. Hal ini sudah tentu akan mengganggu jalannya roda organisasi. Begitu juga ketika kader HMI melupakan sisi akademisnya karena terlalu tenggelam dalam roda organisasi. Hal ini akan membuat kader HMI kehilangan sentuhan khas ciri intelektual akademisnya. Sungguh ironis apabila karena terlalu aktif dalam kegiatan HMI sehingga menyebabkan seorang mahasiswa sampai tidak lulus kuliah.

Poin penting perkaderan dalam HMI adalah bagaimana seorang kader dapat melakukan perkaderan yang dimulai dari diri sendiri. Bagaimana seorang pengader akan mengader orang lain namun belum dapat mengatur dirinya sendiri. Dibutuhkan kesadaran individu agar internalisasi nilai-nilai HMI dapat masuk meresap ke dalam jiwa tiap individu kader HMI. Dari hal inilah sebenarnya proses perkaderan dimulai. Perkaderan dimulai dari pribadi individu, kemudian baru menyebar ke orang lain dan masyarakat luas.

Itulah tantangan-tantangan yang harus dihadapi dalam proses perkaderan di HMI. Hanya dengan meningkatkan kualitas kader HMI, maka HMI dapat mengambil peran positif dalam pembangunan nasional menuju tatanan masyarakat yang diridhoi Alloh SWT melalui pembentukan mahasiswa Islam yang berkarakter Ulil Albab.
This entry was posted on 15.59.00 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: