Berbicara mengenai perbedaan antara sunni dan syiah adalah topik yang selalu menarik untuk dibicarakan. Masyarakat indonesia sebagian besar penganut sunni, oleh karena itu informasi mengenai syiah jarang kita jumpai.
Pada tanggal 17 Desember 2007 diadakan dialog nasional “Sunni Syiah Bersatu”. Dialog tersebut didakan di gedung Kahar Mudzakir, Univeritas Islam Indonesia. Dialog yang di moderatori oleh Syahrial Amin S.Psi tersebut mengndang tiga tokoh, baik dari sunni maupun syiah. Dari pihak sunni diwakili oleh Dr. H. Heidar Nashir., M.Si dan Drs. Yusdani, M.Ag. sedangkan dari pihak syiah rencananya mengundang Jalalludin Rakhmat, namun dikarenakan beliau berhalangan maka beliau digntikan oleh adiknya, yaitu Ust. Miftah Fauzi Rahmat yang berasal dari Bandung.
Istilah Syi'ah berasal dari kata Bahasa Arab شيعة Syī`ah. Bentuk tunggal dari kata ini adalah Syī`ī شيعي. "Syi'ah" adalah bentuk pendek dari kalimat bersejarah Syi`ah `Ali شيعة علي artinya "pengikut Ali", yang berkenaan tentang Q.S. Al-Bayyinah ayat khoirulbariyyah, saat turunnya ayat itu Nabi SAW bersabda: "Wahai Ali kamu dan pengikutmu adalah orang-orang yang beruntung" (ya Ali anta wa syi'atuka humulfaaizun). Syi’ah menurut etimologi bahasa Arab bermakna: pembela dan pengikut seseorang. Selain itu juga bermakna: Setiap kaum yang berkumpul di atas suatu perkara. Adapun menurut terminologi syariat bermakna: Mereka yang menyatakan bahwa Ali bin Abu Thalib sangat utama diantara para sahabat dan lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan kaum muslimin, demikian pula anak cucu sepeninggal beliau. Syi’ah, dalam sejarahnya mengalami beberapa pergeseran. Seiring dengan bergulirnya waktu, Syi'ah mengalami perpecahan sebagaimana Sunni juga mengalami perpecahan mazhab (wikipedia.com).
Syi'ah terpecah menjadi 22 sekte. Dari 22 sekte itu, hanya tiga sekte yang masih ada sampai sekarang, yakni (wikipedia.com):
1. Syiah dua belas imam
2. Syiah Ismailiyah
3. Syiah Zaidiyah
Selama ini media lebih sering memberitakan pertikaian antara sunni dan syiah, pertikaian tersebut terjadi di Irak dan afganistan. Pertikaian antara sunni dan syiah lebih dikarenakan unsur politis. Namun media jarang memberitakan kerukunan antara sunni dan syiah yang terjadi di Lebanon, Suriah, Arab Saudi dan Yordania. Bahkan gerilyawan Hizbullah di Lebanon (Syiah) berhasil mengalahkan tentara Israel yang sedang menyerbu ke Lebanon.
Ust. Fauzi Rakhmat berpendapat bahwa pertikaian antara sunni dan syiah lebih disebabkan karena unsur politis dan konflik antar mazhab. Sebagai contoh konflik yang terjadi di afganistan. Afganistan diapit oleh Iran dan Pakistan. Pengaruh Syiah berasal dari Iran, sedangkan dari Pakistan disebarkan pengaruh sunnah. Dalam dekade terakhir, pertikaian antar mazhab telah menyulut serangkaian kekerasan yang memakan banyak korban jiwa.
Masih menurut Ust. Fauzi Rakhmat tuduhan yang sering dialamatkan kepada syiah lebih banyak dikutip dari buku-buku yang menyerang syiah. Sebagian rujukan dikutip keliru, sebagian lagi dikutip tidak lengkap dan sebagian lagi dikutip dari hadis-hadis yang juga dikritik oleh orang syiah. Menurut Ust. Fauzi Rakhmat, kita tidak bisa menggenalisir semua pendapat syiah keliru, sama seperti tidak juga bisa kita anggap semua pendapat ahlu sunnah benar. Berikut ini akan disebutkan contoh-contoh tuduhan yang biasa dialamatkan kepada syiah dan sanggahannya :
1. Syiah punya Quran yang berbeda.
a. Jawaban : orang yang mempercayai syiah memiliki quran yang berbeda tidak meyakini ayat, ”Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan Kamilah yang akan menjaganya.
b. Dalam kitab Al-Itqan, Jalalludin As-Suyuthi juga mengutip beberapa riwayat tentang ” hilangya” ayat-ayat Al-Qur’an.
2. Syiah mencela sahabat.
a. Syiah meyakini konsep keadilan Tuhan yang mendasarkan manusia pada amal (sunni juga) ketimbang pada ”kapan dia dilahirkan”.
b. Syiah meyakini bahwa mencela dalam berbagai bentuknya adalah tindakan yang tidak dibenarkan.
c. Berbeda dengan sunni, syiah tidak memandang semua sahabat sebagai ’udul. Mereka lebih menyikapi tarikh dan keterlibatan para sahabat dalam sejarah Islam dengan pandangan yang kritis. Mereka mengambil contoh pernag uhud, Perang Shiffin dan Perang Jamal.
3. Syiah melecehkan perempuan.
a. Terkait dengan fiqh, masalah yang satu ini memang sedikit rumit. Dibutuhkan seminar tersendiri untuk membahasnya. Pendapat penulis Mesir : Nikah Mut’ah adalah nikah sementara yang kapan saja dapat dilanggengkan. Sedangkan nikah Daim adalah nikah ”langgeng” yang kapan saja dapat diputuskan.
b. Hadis Imam Ja’far Shadiq as : ”Kuunu lanaa zaynan wa la takuunu ’alayna syainan”. Jadilah kalian penghias bagi kami, jangan datangkan cela atas kami.
4. Syiah melebihkan Imam Ali as daripada Rasulullah SAW.
a. Sekiranya kita baca hadis-hadis Mazhab Syiah dengan sendirinya anggapan ini tertolak.
5. Syiah menyiksa diri dalam peringatan asyura.
a. Iran sudah mengharamkan hal ini. Proses orang syiah sendiri memaknai peringatan asyura berbeda-beda.
Terakhir dari Ust. Fauzi Rakhmat memberi saran untuk menghilangkan dikotomi sunni-syiah. Jika perbedaan mazhab dijadikan sebab , maka persatuan mazhablah solusi untuk menghindari pertikaian itu.
Drs. Yusdani., M.Ag berpendapat bahwa Islam tidak berbicara mengenai format, tapi prinsip dasar. Politik Islam menurut al Jabiri pada masa lalu didasarkan pada Aqidah, Kabilah, dan Ghanimah. Aqidah adalah efektivitas sebuah doktrin itu sendiri dalam rangka mengukuhkan keyakinan atau kemazhaban. Kabilah adalah peran yang dapat dimainkan faktor kekerabatan (dalam perspektif antropologi modern) atau soal fanatisme ataupun koncoisme ketika kita berbicara tentang cara memerintah atau perilaku politik yang mengandalkan kaumkerabat, dibandingkan ahli kompetensi dan mereka yang berpengalaman dan terpercaya. Ghanimah adalah peran yang dimainkan faktor ekonomi dalam sebuah sistem masyarakat yang sistem ekonominya ynag pada prinsipnya bergantung pada unsur kharaj (pajak tanah) atau ri’i (pendapatan rutin) bukan atas dasar hubungan produksi seperti patron-klien, feodalis (al-iqthâiy) dan hamban (al-qinn), ataupun pemodal dan buruh.
Untuk kemajuan Islam di masa yang akan datang perlu dan mendesak dilakukan :
1. Meningkatkan mutu dan pemerataan pendidikan dan perekonomian umat sehingga dapat membebaskannya dari himpitan kebodohan dan kemiskinan. Melalui sistem pendidikan yang teratur dan bermutu tinggi, diharapkan lambat laun akan mampu menilai secara kritis warisan pemikiran keIslamannya. Melestarikan hal yang benar dan menghilangkan sesuatu yang membelenggu menurut kriteria yang dipahami dari Al-Qur’an.
2. Secara bijak berangsur dan bertanggung jawab pembongkaran pasungan sunnisme dan syi’isme, sehingga kita menjadi muslim merdeka kembali. Hanya orang merdeka sajalah yang pantas mengawali kerja-kerja intelektual strategis dalam menyiapkan pilar-pilar peradaban Islam yang berwibawa dan anggu di masa depan. Dengan pembongkaran yang bijak ini diharapkan bangunan kesatuan umat mungkin dapat ditegakkan kembali.
Lebih lanjut Dr. Heidar Nasir, M.Si mengatakan bahwa untuk menghasilkan resolusi konflik antara Syiah dan Sunni diperlukan konstruksi berpikir yang positif dan melihat persoalan secara dewasa, karena persoalan antara sunni dan syiah lebih merupakan proses politis yang sulit untuk ditemukan ujung pangkalnya. Konflik dan integrasi merupakan Sunatullah, jadi konflik dan integrasi merupakan hal yang wajar.
Perbedaan mazhab menghasilkan perbedaan cara pandang dan tata cara beribadah. Namun perbedaan mazhab tersebut bukan merupakan sebuah alasan untuk menjadikan sebuah konflik dan ancaman. Bersatunya antara sunni dan syiah mungkin sulit untuk dilakukan, namun penyelesaian antara konflik sunni dan syiah yang terjadi di beberapa negara bukan hal yang mustahil untuk dilakukan.
Pada tanggal 17 Desember 2007 diadakan dialog nasional “Sunni Syiah Bersatu”. Dialog tersebut didakan di gedung Kahar Mudzakir, Univeritas Islam Indonesia. Dialog yang di moderatori oleh Syahrial Amin S.Psi tersebut mengndang tiga tokoh, baik dari sunni maupun syiah. Dari pihak sunni diwakili oleh Dr. H. Heidar Nashir., M.Si dan Drs. Yusdani, M.Ag. sedangkan dari pihak syiah rencananya mengundang Jalalludin Rakhmat, namun dikarenakan beliau berhalangan maka beliau digntikan oleh adiknya, yaitu Ust. Miftah Fauzi Rahmat yang berasal dari Bandung.
Istilah Syi'ah berasal dari kata Bahasa Arab شيعة Syī`ah. Bentuk tunggal dari kata ini adalah Syī`ī شيعي. "Syi'ah" adalah bentuk pendek dari kalimat bersejarah Syi`ah `Ali شيعة علي artinya "pengikut Ali", yang berkenaan tentang Q.S. Al-Bayyinah ayat khoirulbariyyah, saat turunnya ayat itu Nabi SAW bersabda: "Wahai Ali kamu dan pengikutmu adalah orang-orang yang beruntung" (ya Ali anta wa syi'atuka humulfaaizun). Syi’ah menurut etimologi bahasa Arab bermakna: pembela dan pengikut seseorang. Selain itu juga bermakna: Setiap kaum yang berkumpul di atas suatu perkara. Adapun menurut terminologi syariat bermakna: Mereka yang menyatakan bahwa Ali bin Abu Thalib sangat utama diantara para sahabat dan lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan kaum muslimin, demikian pula anak cucu sepeninggal beliau. Syi’ah, dalam sejarahnya mengalami beberapa pergeseran. Seiring dengan bergulirnya waktu, Syi'ah mengalami perpecahan sebagaimana Sunni juga mengalami perpecahan mazhab (wikipedia.com).
Syi'ah terpecah menjadi 22 sekte. Dari 22 sekte itu, hanya tiga sekte yang masih ada sampai sekarang, yakni (wikipedia.com):
1. Syiah dua belas imam
2. Syiah Ismailiyah
3. Syiah Zaidiyah
Selama ini media lebih sering memberitakan pertikaian antara sunni dan syiah, pertikaian tersebut terjadi di Irak dan afganistan. Pertikaian antara sunni dan syiah lebih dikarenakan unsur politis. Namun media jarang memberitakan kerukunan antara sunni dan syiah yang terjadi di Lebanon, Suriah, Arab Saudi dan Yordania. Bahkan gerilyawan Hizbullah di Lebanon (Syiah) berhasil mengalahkan tentara Israel yang sedang menyerbu ke Lebanon.
Ust. Fauzi Rakhmat berpendapat bahwa pertikaian antara sunni dan syiah lebih disebabkan karena unsur politis dan konflik antar mazhab. Sebagai contoh konflik yang terjadi di afganistan. Afganistan diapit oleh Iran dan Pakistan. Pengaruh Syiah berasal dari Iran, sedangkan dari Pakistan disebarkan pengaruh sunnah. Dalam dekade terakhir, pertikaian antar mazhab telah menyulut serangkaian kekerasan yang memakan banyak korban jiwa.
Masih menurut Ust. Fauzi Rakhmat tuduhan yang sering dialamatkan kepada syiah lebih banyak dikutip dari buku-buku yang menyerang syiah. Sebagian rujukan dikutip keliru, sebagian lagi dikutip tidak lengkap dan sebagian lagi dikutip dari hadis-hadis yang juga dikritik oleh orang syiah. Menurut Ust. Fauzi Rakhmat, kita tidak bisa menggenalisir semua pendapat syiah keliru, sama seperti tidak juga bisa kita anggap semua pendapat ahlu sunnah benar. Berikut ini akan disebutkan contoh-contoh tuduhan yang biasa dialamatkan kepada syiah dan sanggahannya :
1. Syiah punya Quran yang berbeda.
a. Jawaban : orang yang mempercayai syiah memiliki quran yang berbeda tidak meyakini ayat, ”Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan Kamilah yang akan menjaganya.
b. Dalam kitab Al-Itqan, Jalalludin As-Suyuthi juga mengutip beberapa riwayat tentang ” hilangya” ayat-ayat Al-Qur’an.
2. Syiah mencela sahabat.
a. Syiah meyakini konsep keadilan Tuhan yang mendasarkan manusia pada amal (sunni juga) ketimbang pada ”kapan dia dilahirkan”.
b. Syiah meyakini bahwa mencela dalam berbagai bentuknya adalah tindakan yang tidak dibenarkan.
c. Berbeda dengan sunni, syiah tidak memandang semua sahabat sebagai ’udul. Mereka lebih menyikapi tarikh dan keterlibatan para sahabat dalam sejarah Islam dengan pandangan yang kritis. Mereka mengambil contoh pernag uhud, Perang Shiffin dan Perang Jamal.
3. Syiah melecehkan perempuan.
a. Terkait dengan fiqh, masalah yang satu ini memang sedikit rumit. Dibutuhkan seminar tersendiri untuk membahasnya. Pendapat penulis Mesir : Nikah Mut’ah adalah nikah sementara yang kapan saja dapat dilanggengkan. Sedangkan nikah Daim adalah nikah ”langgeng” yang kapan saja dapat diputuskan.
b. Hadis Imam Ja’far Shadiq as : ”Kuunu lanaa zaynan wa la takuunu ’alayna syainan”. Jadilah kalian penghias bagi kami, jangan datangkan cela atas kami.
4. Syiah melebihkan Imam Ali as daripada Rasulullah SAW.
a. Sekiranya kita baca hadis-hadis Mazhab Syiah dengan sendirinya anggapan ini tertolak.
5. Syiah menyiksa diri dalam peringatan asyura.
a. Iran sudah mengharamkan hal ini. Proses orang syiah sendiri memaknai peringatan asyura berbeda-beda.
Terakhir dari Ust. Fauzi Rakhmat memberi saran untuk menghilangkan dikotomi sunni-syiah. Jika perbedaan mazhab dijadikan sebab , maka persatuan mazhablah solusi untuk menghindari pertikaian itu.
Drs. Yusdani., M.Ag berpendapat bahwa Islam tidak berbicara mengenai format, tapi prinsip dasar. Politik Islam menurut al Jabiri pada masa lalu didasarkan pada Aqidah, Kabilah, dan Ghanimah. Aqidah adalah efektivitas sebuah doktrin itu sendiri dalam rangka mengukuhkan keyakinan atau kemazhaban. Kabilah adalah peran yang dapat dimainkan faktor kekerabatan (dalam perspektif antropologi modern) atau soal fanatisme ataupun koncoisme ketika kita berbicara tentang cara memerintah atau perilaku politik yang mengandalkan kaumkerabat, dibandingkan ahli kompetensi dan mereka yang berpengalaman dan terpercaya. Ghanimah adalah peran yang dimainkan faktor ekonomi dalam sebuah sistem masyarakat yang sistem ekonominya ynag pada prinsipnya bergantung pada unsur kharaj (pajak tanah) atau ri’i (pendapatan rutin) bukan atas dasar hubungan produksi seperti patron-klien, feodalis (al-iqthâiy) dan hamban (al-qinn), ataupun pemodal dan buruh.
Untuk kemajuan Islam di masa yang akan datang perlu dan mendesak dilakukan :
1. Meningkatkan mutu dan pemerataan pendidikan dan perekonomian umat sehingga dapat membebaskannya dari himpitan kebodohan dan kemiskinan. Melalui sistem pendidikan yang teratur dan bermutu tinggi, diharapkan lambat laun akan mampu menilai secara kritis warisan pemikiran keIslamannya. Melestarikan hal yang benar dan menghilangkan sesuatu yang membelenggu menurut kriteria yang dipahami dari Al-Qur’an.
2. Secara bijak berangsur dan bertanggung jawab pembongkaran pasungan sunnisme dan syi’isme, sehingga kita menjadi muslim merdeka kembali. Hanya orang merdeka sajalah yang pantas mengawali kerja-kerja intelektual strategis dalam menyiapkan pilar-pilar peradaban Islam yang berwibawa dan anggu di masa depan. Dengan pembongkaran yang bijak ini diharapkan bangunan kesatuan umat mungkin dapat ditegakkan kembali.
Lebih lanjut Dr. Heidar Nasir, M.Si mengatakan bahwa untuk menghasilkan resolusi konflik antara Syiah dan Sunni diperlukan konstruksi berpikir yang positif dan melihat persoalan secara dewasa, karena persoalan antara sunni dan syiah lebih merupakan proses politis yang sulit untuk ditemukan ujung pangkalnya. Konflik dan integrasi merupakan Sunatullah, jadi konflik dan integrasi merupakan hal yang wajar.
Perbedaan mazhab menghasilkan perbedaan cara pandang dan tata cara beribadah. Namun perbedaan mazhab tersebut bukan merupakan sebuah alasan untuk menjadikan sebuah konflik dan ancaman. Bersatunya antara sunni dan syiah mungkin sulit untuk dilakukan, namun penyelesaian antara konflik sunni dan syiah yang terjadi di beberapa negara bukan hal yang mustahil untuk dilakukan.
1 komentar:
kafirka orang-orang selain syi'ah?? kalau tidak kenapa harus ada da'wah ilaa syi'ah