Hutan Belantara Itu Bernama Jakarta
19.03.00 | Author: Lumpia Isi Agar-agar

“… ke Jakarta aku kan kembali..”

Itulah sepenggal lirik lagu yang dinyanyikan oleh Koes Plus. Jakarta selalu menjadi dambaan bagi sebagian orang untuk mendapatkan penghidupan yang layak. Mulai dari kuli sampai sarjana berlomba-lomba untuk mendapatkan pekerjaan di Jakarta. Heran..

Dilihat dari latar belakang penduduknya yang sebagian besar adalah money maker tak heran jika tidak dirasakan sebuah keramahan yang tulus. Tidak ada sambutan yang hangat bagi pendatang baru. Pendatang baru hanyalah objek, objek yang menggiurkan untuk ditarik keuntungan darinya. Wajar ketika orang yang tidak siap bergulat dengan kerasnya Jakarta akan tergilas oleh turbulensi kehidupan.

Jakarta tak ada bedanya dengan hutan belantara. Menyesatkan bagi orang yang tidak berpengalaman. Menghanyutkan bagi orang yang selalu berlomba-lomba untuk menjadi yang terdepan. Kadang panas menyengat kulit, kadang hujan mengguyur tubuh. Pohon-pohon beton menaungi di setiap penjuru jalan. Pohon-pohon beton lambang kekuasaan. Menjulang tinggi diantara mungilnya tubuh-tubuh manusia.

Larut.. tenggelam dalam kehidupan Jakarta.